Anakku!!! Negeri Ini Memang Sudah Merdeka, Namun Kami Gamang Merayakannya -->

Anakku!!! Negeri Ini Memang Sudah Merdeka, Namun Kami Gamang Merayakannya

Suriono Brandoi
Jumat, 17 Agustus 2018
Samosir(ST)
Anakku!!! Hari ini, 17 Agustus 2018, dimana bangsa ini memperingati hari bersejarah yakni HUT Kemerdekaan RI ke-73. Sebuah momen babak baru kehidupan bangsa ini terbebas dari belenggu penjajahan bangsa asing.

Anakku!!! bukan sebuah suratan tangan kamu terlahir disini tapi karena kami orang tuamu ini begitu mencintai negeri ini namun justru kami malah disakiti.

Tumbuhlah besar anakku! Belajarlah sungguh-sungguh, raih mimpimu. Kami akan berusaha semampu mungkin untuk menjadikanmu pejuang hebat, kuat, dan pemberani untuk membela ketidakbenaran di negeri ini. Akan tiba saatnya kelak kamu tahu beban yang kami rasakan. 
Masyarakat Tanjung Bunga Unjuk Rasa Menolak Desanya Diklaim Sebagai Hutan.
Anakku!!! Kami tidak mengharapkanmu menjadi super hero atau pahlawan kebajikan tapi harapan kami, kamu harus menjadi penerus perjuangan untuk merebut kemerdekaan di atas lahan dan rumah kita yang diklaim negeri ini melalui SK 579 Kemenhut 2014 tentang kawasan hutan.

Kita belum merdeka anakku!!! Kita dijajah oleh negeri kita sendiri. Bayangkan anakku, kakek nenekmu dulu turut berjuang memerdekakan bangsa ini namun tanah warisan leluhur kita yang sudah ditempati jauh sebelum negeri ini merdeka justru diklaim kawasan hutan.

Anakku!!! Sebenarnya kita hidup di negeri yang sudah merdeka dan hidup damai disini. Namun sebuah kondisi yang mendesain kehidupan ini memaksakan kita untuk rela hidup ditengah ketakutan atas tanah kita yang sewaktu-waktu akan direbut.
Desa kami diklaim sebagai kawasan hutan oleh Kemenhut melalui SK 579.
Kami pun gamang harus bagaimana merayakan kemerdekaan Indonesia ini anakku. Jika nanti kami orangtua telah tiada, dan perjuangan kami belum usai, maka bendera kemerdekaan kami titipkan pada kalian untuk meneruskan perjuangan kami.

Kelak kalau sudah besar nanti, harus kamu sadari bahwa hidup di tengah klaim kawasan hutan bukan sebuah keharusan. Kamu harus bangkit melawan ketidakadilan ini. Rebut kembali hak itu, dan desa kita harus mampu kamu ukir dengan tinta emas di atas peta Indonesia sehingga semua orang tahu kalau desa kita bukan kawasan hutan.
Anakku! Tanjung Bunga nama desa kita, sebuah desa di kaki gunung Pusuk Buhit dalam Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Desa kita penuh dengan batu-batu yang disusun rapi oleh leluhur kita dulu. Namun entah dimana mata hati para penguasa sehingga dengan begitu kejam mengklaimnya sebagai kawasan hutan.

Mereka mengkampanyekan kalau desa kita masuk dalam areal SK 579 Kemenhut, mereka membuat kita harus mengemis sepetak lahan di tanah sendiri melalui TORA, mereka membuat aturan yang harus kita ikuti, mereka juga merebut kebebasan kita, kebebasan sebagai bukti kemerdekaan di negeri ini, kini semua itu telah hilang.
Demo masyarakat Desa Tanjung Bunga menolak SK 579 Kemenhut.
Tapi sebenarnya, bukan kita yang masuk ke areal mereka, justru mereka yang masuk ke desa kita, dan ini bukti sejarah yang tidak satu orangpun mampu menghapus karena telah terukir di atas batu, dan selalu terekam dalam setiap senyum, doa, dan nisan bagi leluhur kita yang telah tiada.

Pemerintah yang seharusnya menjadi penjamin hak-hak kita, tapi mereka yang justru merebut kemerdekaan kita. Pemerintah gagal melindungi kita, dan pemerintah harus bertanggungjawab atas klaim tanah leluhur kita. Dan ini merupakan utang yang harus dibayarkan di hadapan Tuhan kelak.

SUARA TOBA/SBS.