Kritikus Kontemplatif -->

Kritikus Kontemplatif

Suriono Brandoi
Selasa, 07 Agustus 2018
Ilustrasi. (Damdubidudam).
Seorang kritikus kontemplatif tidak haus atau serakah mencari kotak-kotak manusiawi. Ia dipimpin oleh suatu visi yang ia temukan jauh lebih bermakna daripada yang dipikirkan oleh dunia posesif ini.

Ia tidak terombang-ambing oleh mode yang sesaat saja karena ia mempunyai hubungan dengan yang paling dasar, inti dan mutlak. Ia tidak membiarkan seorang pun memuja berhala.

Sebaliknya ia terus menerus mengajak saudara-saudaranya untuk mengajukan pertanyaan yang sejati yang kadang-kadang menyakitkan dan menggangu. Ia mengajak mereka juga untuk mencari yang tersembunyi di bawah permukaan tingkah laku yang lembut dan menyingkirkan semua hambatan yang menghalanginya untuk sampai pada inti masalah.

Seorang kritikus kontemplatif berani mencopot topeng yang dikenakan oleh dunia yang curang dan menyatakan manakah keadaan yang sebenarnya.

Ia sadar dianggap bodoh, tolol, membahayakan masyarakat dan ancaman bagi umat manusia. Namun ia tidak takut mati, karena visinya membuatnya mampu mengatasi perbedaan antara hidup dan mati. 

Dan membuatnya bebas untuk melakukan semua yang harus dilakukan sekarang dan di sini, kendati risiko besar harus hadapinya. Lebih daripada yang lain, ia akan mencari tanda-tanda harapan dan janji masa depan dalam situasi hidupnya.

Seorang kritikus kontemplatif mempunyai kepekaan untuk melihat sebutir biji sesawi yang kecil dan bahwa apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.

Ia tahu kalau memang ada harapan akan dunia yang lebih baik di masa depan, tanda-tandanya harus dapat dilihat dari sekarang dan ia tidak akan pernah mengutuk masa kini demi masa depan.

Ia bukan seorang optimis yang naif yang mengharapkan harapan-harapannya yang dikecewakan akan dipenuhi dan dipuaskan di masa depan. Ia juga bukan seorang pesimis yang hidupnya getir, yang terus menerus berkata bahwa masa lampau telah menunjukan bahwa tidak ada sesuatu pun yang baru dibawah matahari.

Ia tampil sebagai manusia yang membawa harapan. Ia hidup dengan keyakinan teguh bahwa sekarang ia baru melihat pantulan lembut pada sebuah kaca, akan tetapi pada suatu hari ia akan berhadapan dengan masa depan itu, muka dengan muka.

SUARA TOBA/SBS.