Sindrom Sanjungan -->

Sindrom Sanjungan

Suriono Brandoi
Rabu, 14 November 2018
Ilustrasi.
Puisi
Semakin hari, semakin aku melihat para kaum Ad Captandum Vulgus itu menebar janji muluk-muluk untuk menipu akar rumput. Aku sering melihat model begituan di tv dan membaca berita tentang mereka.

Kawan!! Mereka sudah usia senja tapi masih sindrom ketenaran dan sanjungan. Saat rambutnya telah dipenuhi uban, ia masih saja sibuk berebut pujian. Saat keriput mulai membalut kulitnya, ia pun masih saja bernafsu memburu jempol-jempol itu.

Kawan!! Lihat, ia tampil lagi di mimbar itu. Namun bukan untuk menyuarakan suara kaum papah atau membincangkan alam raya yang butuh sentuhan sayang dari tangan kita. Mereka tampil di panggung hanya untuk sekadar narsis dan mencari tepuk tangan.

Kawan!! Sesungguhnya aku takkan mampu menjawab ketika anakku nanti bertanya, "kemanakah angin berhembus, seberapa banyak kah tempat berteduh?".

SUARA TOBA/SBS.