Tanya Tinggal Tanya Tanpa Jawaban -->

Tanya Tinggal Tanya Tanpa Jawaban

Suriono Brandoi
Minggu, 04 November 2018
Ilustrasi.
Samosir(ST)
Tanah, air, dan segala apa yang tertancap di atas bumi pertiwi adalah benda mati yang tidak perlu disakralkan terlalu berlebihan.

Jika terjadi pensakralan terlalu berlebihan akan memunculkan dewa-dewa mabuk yang mengajak kita pada mimpi kejayaan yang telah lampau dan tidak pernah reinkarnasi.

Apakah itu telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan yang mengaku diri sebagai pemimpin? Apakah mereka merasa senasib dan sepenanggungan atas derita kelaparan, kebodohan, kemiskinan, dan ketidakberdayaan?

Sepertinya mereka santai-santai saja dan masih berusaha menegaskan keparlentean mereka dengan pemewahan gedung pemerintahan dan aset pribadi.

Begitu sibuknya mereka membela diri saat dihadapkan pada pengadilan rakyat yang digelar oleh media.

Alangkah congkaknya muka mereka dengan mengingkari data-data aktual dengan melakukan manipulasi yang tidak ada titik dan koma.

Bukankah perilaku seperti ini yang pantas dianggap sebagai murtad dari paham nasionalism?

Ada merpati yang ingkar janji, garuda pun mungkin akan melakukan hal yang sama. Negeri yang dipenuhi para bandit munafik, masih perlukah mereka dipertahankan di tahta kekuasaan?

Jika sudah tidak ada lagi rasa senasib dan sepenanggungan, masihkah perlu kita berteriak atas nama rakyat?

Tapi tanya ini tinggallah hanya tanya yang menguap begitu saja di udara tanpa jawaban. Karena susahnya merobohkan tembok angkuh istana megah itu.

SUARA TOBA/SBS.