Menangis Dalam Kegelapan -->

Menangis Dalam Kegelapan

Suriono Brandoi
Rabu, 20 Februari 2019
Ilustrasi.(Luhurian).
Kuteguk sisa cairan di gelas kopi. Jemariku kembali menekan beberapa tombol. Tak ada kata baru yang tertera di layar. Bukan pula menekan tombol simpan, melainkan ‘ctrl + a + delete’.

Ini adalah tahun kesepuluh aku melakukan hal seperti ini. Menuangkan kembali ingatan menyakitkan ke dalam sebuah tulisan, menerakan setiap detil kenangan, menyesap kembali rasa sakit yang menghunjam.

Sudah sepuluh tahun, gumamku. Sudah sepuluh tahun, tapi kejadian itu terbayang begitu nyata seolah baru kemarin terjadi. Seakan masih bisa kurasa di kulitku hangat tubuhnya dalam pelukan saat kami membawanya ke Rumah Sakit.

Seakan masih bisa kudengar suara baritonnya yang entah bagaimana terasa lembut di telinga. Seakan masih bisa kulihat senyuman lebar miliknya yang membuat hatiku hangat.

Ada rasa rindu yang menyeruak. Kuambil tisu dan menghapus setitik butiran bening di sudut mata. Kurasa besok aku masih akan menulis cerita yang sama. Kumatikan laptop dan lampu. Aku ingin menangis dalam kegelapan.

SUARA TOBA/SBS.