Selamat Ulang Tahun Buat Diri Sendiri -->

Selamat Ulang Tahun Buat Diri Sendiri

Suriono Brandoi
Rabu, 10 April 2019
Keluarga kecilku.
Oleh: Suriono Brandoi Siringoringo, SE
Lelaki yang tergolong tidak muda lagi, menjalani hidup dengan usia kepala tiga itu terdiam membisu di sudut hari.

Pikirannya sedang dipenuhi oleh dilema hidup yang menerpa. Bayangan jiwanya mencoba mencari jawaban apakah arti hidup ini, dan warna apakah yang hendak ditampilkan. Apakah akan tetap memberikan citra gelap, remang-remang atau rona terang?

Ingin rasanya ia kembali menjadi bayi. Tak ada beban pikiran, yang ada makan, tidur dan menangis. Namun, tentu saja hal itu mustahil bisa ia lakukan.

Dalam perenungannya, ia menyadari bahwa masalah utama saat ini adalah ketenangan pikiran yang kian sulit ditemukannya. Ia tinggal pada tanda-tanda drastis, ia sudah hilang untuk sebagian besar hidup ini.

Dan ia tahu bahwa sebagian besar darinya hanya tidak benar mengikuti langkah-langkah yang dipimpin oleh kebanggaan dan ketulusan.

Sejurus kemudian, lelaki dalam luka yang terbungkus api di tanah yang berduri itu menghela nafasnya dalam-dalam. Ia mencoba memejamkan matanya.

Ia berusaha merasakan keindahan dan kedamaian tersendiri yang sulit untuk dilukiskan dan dirangkai ke dalam kata-kata ketika mata terpejam.

Beberapa saat memejamkan mata, ia pun berdiri seolah menemukan energi baru. Lalu berkata, "Saat Tuhan meniup nafas kehidupan kepadaku, apakah aku hanya mengisinya dengan kekelaman dan putus asa?" tanyanya.

Sambil memompa kembali api semangatnya, ia melanjutkan perkataannya, "Aku dapat hidup dari imajinasiku. Aku dapat mengikatkan diri pada potensi yang tak terbatas dan bukan pada masa lalu yang membatasi. Saatnya bangkit dari mimpi panjang, karena matahari tidak menunggu, dia akan selalu tepat waktu terbit dan terbenam."

Kini, di dalam benaknya seakan lahir kembali sebuah asa untuk terus berjuang melawan hari ini atau esok nanti yang penuh ketidakpastian hingga waktu mengembalikannya pada tempat sebenarnya ia berada yakni kematian.

Ia ingin mengakhiri semua perjalanan hidupnya di saat ia telah tiba di tempat dimana ia memulai dan baru menyadari tempat tersebut untuk pertama kalinya.

Sebab baginya, jantung yang masih berdenyut itu bukan untuk menerjemahkan waktu, terbuang sia-sia dalam lamunan kesedihan tapi demi mewujudkan mimpi yang dia lukiskan pada langit.

Meski terkadang ia masih sering menoleh ke belakang, terlihat sebuah jalan pulang. Namun ia pilih terus melangkah.

"Jalanku memang terjal, di sini angin memang kencang dan kadang badai datang tiba-tiba menghadang langkah. Namun suara dan kaki ini akan menantang badai, sebab pencari jalan pulang adalah pecundang."

Kini dalam benak lelaki itu, perlahan tapi pasti telah bangkit asa tuk beranjak meninggalkan sudut tergelap dunia yang penuh lorong-lorong berlabirin.

Karena sejatinya, ia adalah jiwa yang terus memaknai arti Tuhan di dalam dirinya. Walau memang menggenggam sebuah prinsip terasa berat baginya seperti memegang bara api. Namun yang pasti "Yang tertulis akan mengabdi, yang terucap akan berlalu bersama angin." #Lelaki_itu_adalah_Aku.

Selamat ulang tahun buat diri sendiri, 10 April 2019.