![]() |
Panitia festival seni dan budaya PPRNB saat audiensi dengan Bupati Samosir beberapa waktu lalu. |
Samosir(ST)
Sebagai wujud melestarikan budaya Batak agar jangan semakin tergerus oleh zaman, Punguan Pomparan Raja Naibaho (PPRNB) mengadakan festival seni dan budaya yang akan digelar selama dua hari, 5-6 Juli 2019 di pelataran Tugu Raja Naibaho, Tajur, Kelurahan Pasar Pangururan, Kabupaten Samosir.
Guna menyemarakkan festival ini, Ketua Punguan Pomparan Raja Naibaho (PPRNB) melalui ketua panitia, Amson Lamsihar Naibaho mengundang seluruh keluarga besar Naibaho untuk menghadiri kegiatan tersebut.
"Tidak hanya keluarga besar Naibaho, secara khusus kami juga mengundang masyarakat Samosir untuk menyaksikan sejumlah atraksi budaya seperti Gondang Habonaran serta Festival Manduda," ujar Amson Lamsihar Naibaho, Sabtu (29/06) di Pangururan.
Untuk Gondang Habonaran, sambung Lamsihar, akan dilaksanakan pawai, dimulai dari pelataran Tugu Raja Naibaho mengelilingi monumen Liberty Malau kemudian menuju jalan Sisingamangaraja, depan Polres Samosir, rumah dinas bupati dan kembali ke pelataran Tugu Raja Naibaho.
Sedangkan peserta Gondang Habonaron ini ada 7 pasang suami istri dari Porhasjapjap dan Tolpak Lading. "Nantinya mereka akan mengenakan pakaian adat Batak dengan selendang kain putih," lanjutnya.
Pada pawai ini juga peserta Gondang Habonaran akan memegang dua tungkot satu Tungkot Balehat (Tongkat Harajaon) dan satu Tungkot Tunggal Panaluan. Ini berbeda dengan ritual budaya Batak lainnya dengan munculnya Tungkot Balehat sebagai simbol tongkat kerajaan.
Kata Lamsihar, musik memang diyakini sebagai media penghantar doa kepada Debata Mulajadi Na Bolon. Sehingga peranan gondang membuat para penabuhnya yang memang tak bisa dilakukan sembarang orang, dipandang terhormat dalam bersama lantunan melodi yang bertalu-talu itu. Sehingga panitia tidak sembarang memilih penabuh gondang.
Selain tarian manduda di pinggir jalan saat prosesi gondang Habonaron, kambing putih sebagai kesucian, akan ditarik oleh salah satu keturunan Raja Naibaho yang sudah ditunjuk.
"Setelah prosesi Gondang Habonaron. Kemudian dilaksanakan Festival Manduda dimana pesertanya merupakan keturunan dari Raja Naibaho," ujar Amson.
Dijelaskannya, peserta akan menumbuk beras di dalam losung dengan menggunakan andalu untuk menghasilkan tiga jenis itak. Itak Nahinopingan (tepung beras yang mentah dengan bahan dicampur dengan gula merah, pisang).
Intinya, kata Lamsihar, pelaksanaan festival seni dan budaya ini diharapkan mampu melestarikan budaya Batak. Pasalnya, Gondang Habonaran dan Manduda Itak sudah mulai tersisihkan keberadaannya.
"Intisarinya kita menggali budaya kita. Leluhur kita dulu. Kalau ada rezeki, akan mengadakan pesta sebagai tanda bersyukur kepada Tuhan. Jadi supaya kita mendapat rahmat Tuhan," jelas Lamsihar.
Menanggapi kegiatan ini,, Pemerintah Kabupaten Samosir melalui Bupati, Rapidin Simbolon saat menerima audiensi panitia beberapa waktu lalu, menyambut baik dan mendukung acara tersebut, serta mengapresiasi panitia atas kebersamaannya sehingga dapat merencanakan pelaksanaan kegiatan tersebut.
"Even ini tentunya sangat baik dan kita sangat mendukung. Apalagi hal ini bisa menjadi daya tarik wisatawan yang sedang berkunjung untuk melihat langsung kegiatan festival seni & budaya," ujarnya.
SUARA TOBA/SBS.