Pasien Korban Kecelakaan Kecewa, Direktur RSUD Dr Hadrianus Pangururan Minta Maaf -->

Pasien Korban Kecelakaan Kecewa, Direktur RSUD Dr Hadrianus Pangururan Minta Maaf

Suriono Brandoi
Minggu, 13 Oktober 2019
RSUD Dr Hadrianus Sinaga Pangururan.
Samosir(ST)
"Rumah Sakit Pangururan memang tidak becus, masa istri saya sudah darurat, dokternya (bedah) semua menghilang. Alasan tidak ada. Dokter katanya pulang hanya standby Senin sampai Kamis dan Sabtu Minggu tidak ada, kosong."

Hal inilah disampaikan Bonjol atau karib disapa Pak Powel kepada wartawan saat mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan RSUD Dr Hadrianus Sinaga, Sabtu malam, 12 Oktober 2019.

Diceritakan Bonjol awal kejadiannya, Sabtu 12 Oktober 2019, istrinya, Sinta Sinaga, 38 tahun mengalami kecelakaan sepeda motor di Pangururan yang mengakibatkan luka-luka di sejumlah tubuh istrinya.

Dia pun dilarikan ke RSUD Dr. Hadrianus Sinaga. Setiba di RSUD, dia dimasukkan ke UGD yang kemudian ditangani dokter dan perawat yang berjaga.

Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter melakukan pembersihan pada luka Sinta, namun tidak dapat melakukan jahitan pada luka yang menganga di wajahnya.

Alasan dokter jaga karena dokter bedah sedang tidak di tempat dan menganjurkan untuk dijahit pada Senin 14 Oktober 2019.

Ini kemudian membuat suami Sinta, Bonjol Naibaho, 51 tahun, warga Salaon Tonga, Kecamatan Ronggurnihuta, Kabupaten Samosir, kecewa.

"Istri saya tidak mungkin mampu menunggu sampai tiga hari untuk dioperasi sementara luka di wajah sudah menganga dan harus segeri dijahit," ujarnya.

Akhirnya ia membawa pulang istrinya dari rumah sakit dengan rasa kecewa yang mendalam atas ketidakbecusan itu.

Menanggapi kejadian itu, Direktur RSUD Hadrianus Pangururan, dr Priska Situmorang, kepada wartawan, Minggu (13/10/2019), meminta maaf.

Dijelaskan Priska, pasien atas nama Sinta Sinaga pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dengan alasan mau pindah rumah sakit. Pasien menderita luka robek di kepala.

Pihak dokter jaga di IGD sudah mengikuti anjuran CT Scan dan foto thoraks, namun karena luka yang dialami pasien terlalu dalam, pihak dokter menganjurkan penanganan (debridebend) di ruang operasi (OK ) dan dilakukan hari Senin, disebabkan dokter bedah yang akan melakukan tindakan sedang mengikuti seminar di daerah lain.

"Namun, keluarga menolak dan membawa pasien pulang. Saat dokter jaga instalasi gawat darurat (IGD) menganjurkan luka pasien dijahit (hecting) dan dipasang infus di ruang IGD. Surat permintaan pulang sendiri terlampir jelas," ujar Priska.

Diterangkannya, di RSUD yang dipimpinnya, hanya ada 1 dokter spesialis bedah. Itupun statusnya sebagai dokter kontrak yang didanai APBD.

Pada saat pasien masuk RSUD, lanjutnya, dokter bedah sedang mengikuti kegiatan seminar peningkatan ilmu kesehatan di daerah lain.

Kata dr Priska, diharapkan memang dokter spesialis bedah ada 2 di RSUD dr Hadrianus Sinaga. Upaya saat ini sedang menunggu penempatan dokter spesialis bedah dari program pendayagunaan dokter spesialis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Saya selaku direktur mohon maaf atas ketidaknyamanan pasien tersebut. Ke depan kita perbaiki. Kami akan selalu berupaya memperbaiki pelayanan," ujarnya.

SUARA TOBA/SBS.