Familiarization (Fam) Trip Asal Maroko Terkagum Keindahan Danau Toba -->

Familiarization (Fam) Trip Asal Maroko Terkagum Keindahan Danau Toba

Suriono Brandoi
Senin, 04 November 2019
Salah satu rombongan Familiarization (Fam) trip asal Maroko mencoba proses pembuatan ulos.
Samosir(ST)
Decak kagum, itulah yang dirasakan rombongan Familiarization (Fam) Trip asal Maroko saat melihat pesona keindahan alam Danau Toba yang terpancar.

Ya, rombongan Familiarization (Fam) Trip asal Maroko yang terdiri dari tour operator dan media ini melakukan perjalanan ke Kabupaten Samosir, tepatnya ke Danau Toba.

Setelah di hari pertama rombongan ini mengunjungi Tanah Karo, hari kedua mereka berkesempatan mengunjungi Kabupaten Samosir.

Sesampai bus rombongan itu di pintu masuk Kabupaten Samosir, di Menara Pandang Tele, sambil berdecak kagum, mereka menjangkau gawai dan kamera masing-masing untuk mengabadikan “surga kecil” yang diberikan Tuhan di Sumut ini.

Rombongan pun sibuk mencari spot untuk menjepret keindahan Danau Toba dan berfoto ria. Salah satu peserta rombongan Fam Trip bernama Yassine Meghraoui, seorang videografer profesional Maroko dengan spesialisi memproduksi video wisata, menyampaikan kekagumannya atas pesona Danau Toba.

“Ini tentu pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya, bisa menyaksikan keindahan Danau Toba yang indah ini. Saya yakin siapapun yang datang akan mencintai keindahan ini (Danau Toba),” ungkapnya.

Borong Ulos
Seakan tidak ada habisnya, keseruan perjalanan rombongan Familiarization (Fam) Trip asal Maroko berlanjut di Kampung Ulos Hutaraja, Desa Lumban Suhisuhi, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sabtu (2/11/2019).

Tidak hanya sekadar melihat dan mencoba proses pembuatan ulos, mereka juga tertarik dan memborong beberapa set ulos untuk dibawa pulang ke Maroko.

Kedatangan rombongan Fam Trip disambut dengan tarian tor-tor oleh penduduk setempat sebagai ucapan selamat datang dan lambang kehormatan bagi tamu.

Tertarik bergabung, rombongan asal Maroko ini pun ikut menari menirukan gerakan masyarakat di Kampung Ulos. Dilanjutkan dengan meninjau ulos-ulos yang dipajang di dinding rumah-rumah adat Batak.

Rombongan juga tertarik dan memperhatikan seorang inang (ibu) yang sedang sibuk menenun ulos. Bahkan, Fatima Zahra Imzouarh, salah satu tour operator Maroko, penasaran dan ingin mencoba proses pembuatan ulos.

“Ternyata sangat rumit, saya salut dengan ibu-ibu di sini yang sabar menghadapi benang-benang itu dan menjadikannya sebuah kain yang cantik, itu luar biasa,” katanya, usai mencoba salah satu alat tenun.

Nisrine Znaidi, staf KBRI asli Maroko yang menyukai keindahan ulos juga langsung memborong satu set ulos dari seorang pengrajin yang sama dengan penjual ulos yang dibeli Presiden Jokowi saat berkunjung ke Kampung Ulos.

Yassine Meghraoui, seorang videografer profesional Maroko juga membeli satu set ulos. Sembari menenteng kamera, dirinya mendokumentasikan Kampung Ulos.

Puas berkeliling dan berinteraksi dengan penduduk setempat, rombongan Fam Trip melanjutkan perjalanan ke Kampung Huta Siallagan untuk menelusuri sejarah Batak.

Menelusuri Sejarah Batak
Wisata Samosir tidak melulu berbicara soal keindahan Danu Toba. Lebih dari itu, kekayaan budaya dan sejarahnya juga sangat menarik untuk ditelusuri.

Sebut saja Huta Siallagan, perkampungan Batak yang menyimpan sejarah unik kehidupan masa lalu suku asli Batak, yang dibangun seorang raja bernama Raja Laga Siallagan.

Tidak sekadar berkunjung, dipandu oleh guide, mereka pun mendemonstrasikan salah satu tradisi di masa lalu di kampung tersebut yakni persidangan.

Adil Ghazzal, pemilik agensi perjalanan di Maroko yang telah beroperasi sejak tahun 1996 menyebut Huta Siallagan sebagai kampung yang unik.

“Salah satu yang paling saya suka adalah rumah tradisionalnya (rumah bolon), yang sarat dengan makna filosofis. Mulai dari jumlah anak tangganya, bentuk atapnya, dan interior di dalamnya. Pemikiran-pemikiran seperti ini ada sejak di masa lalu tentu luar biasa dan harus dirawat,” katanya.

Adil merasa takjub, sekaligus ngeri dengan tradisi batu persidangan, tempat di mana sang raja mengadili para pelanggar hukum adat. Adil yang dipandu guide, berlakon sebagai seseorang yang melanggar hukum di kampung tersebut dan akan dieksekusi.

Hassan El Attafi, seorang jurnalis senior rombongan Fam Trip Maroko juga sepakat bahwa Huta Siallagan adalah kampung yang unik. “Bisa dibilang ini adalah wisata sejarah yang amat menarik dan unik untuk dituliskan,” tuturnya.

Rombongan kemudian lanjut berbelanja di toko souvenir yang ada di Huta Siallagan. Turut mendampingi rombongan Fam Trip Maroko yakni Sekretaris Pertama KBRI di Rabat Hanung Nugraha, Sekretaris Ketiga KBRI di Rabat Erna Sugih Priatin, dan Staf KBRI di Rabat Nisrine Znaidi.

Kemudian, mewakili Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumut, Biro Otonomi Daerah dan Kerjasama Setdaprov Sumut, dan Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut.

SUARA TOBA/SBS.