![]() |
Ilustrasi.(Hipwee). |
Oleh: Suriono Brandoi Siringoringo
Selagi musim menyetubuhi gigil pada gegas mata hujan yang mengisi dahaga retak bumi. Aku berdiri di jalanan yang terpampang lenggang.
Hanya penjaja cinta yang berani menerjang norma, memilih jiwanya diternakan dalam cinta yang tergadai, kulihat duduk rapi di sudut jalan.
Auranya melecut akal dalam denyut yang menawari gairah, memangsa para hidung belang jatuh dalam pelukan.
Mata binalnya beriak getarkan degub gelombang hasrat pada jiwa dan nalar yang telah terbunuh.
Tatapan liarnya menuntun tunaikan janji kencan yang tak biru. Kencan yang tak leluasa laksanakan perannya sebagai kekasih.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah melintas dari hadapanku. Mobil mewah Lamborghini itu berhenti tepat didepan sang gadis penjaja cinta.
Sesosok lelaki seusiaku membuka kaca mobilnya. Ada percakapan sesaat, seperti tawar menawar. Sejurus kemudian sang gadis beranjak masuk ke mobil.
Kini mobil telah melaju. Dan aku segera tahu mereka mau kemana dan apa yang akan terjadi.
SUARA TOBA.
Auranya melecut akal dalam denyut yang menawari gairah, memangsa para hidung belang jatuh dalam pelukan.
Mata binalnya beriak getarkan degub gelombang hasrat pada jiwa dan nalar yang telah terbunuh.
Tatapan liarnya menuntun tunaikan janji kencan yang tak biru. Kencan yang tak leluasa laksanakan perannya sebagai kekasih.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah melintas dari hadapanku. Mobil mewah Lamborghini itu berhenti tepat didepan sang gadis penjaja cinta.
Sesosok lelaki seusiaku membuka kaca mobilnya. Ada percakapan sesaat, seperti tawar menawar. Sejurus kemudian sang gadis beranjak masuk ke mobil.
Kini mobil telah melaju. Dan aku segera tahu mereka mau kemana dan apa yang akan terjadi.
SUARA TOBA.