![]() |
Ilustrasi.(Rimilacle). |
Suriono Brandoi Siringoringo
Waktu menggabarkan telah petang. Sementara lelaki itu, sendirian berbahasa batu di dermaga takdir.
Memandang camar berkejaran dengan waktu tanpa jeda dengan meninggalkan pekik tak berumah kata.
Hingga langit mulai membelai gelap, perlahan rintik-rintik mesra pun mulai berdatangan, kemudian mereka bergerombolan membasahi bumi. Lelaki itu masih tetap disana.
Seolah ia menikmati tempias air yang menerpa tubuhnya. Riuhan angin yang menelisik masuk ke setiap lembaran kulit.
Ia pejamkan mata, disana di lubuk hati terdalam ada bersembunyi rasa takut kehilangan, rasa kehilangan yang tak pernah bisa terdefinisikan, karena ia akan kehlangan sesuatu yang bukan miliknya.
"Mengapa aku harus merasa kehilangan? Padahal ia bukan datang untuk mengisi ruang kosong ini?," gumamnya dalam batin.
Dadanya pun mulai sesak. Puing-puing derita terasa berserakan. Tak mampu dibersihkan satu persatu.
Ia berusaha menerima kenyataan pahit takdir akan kepergian pujaan hatinya tapi hatinya belum siap menerima semua itu.
SUARA TOBA.