![]() |
Ilustrasi. |
Coba ingat-ingat kembali nasihat apa yang paling sering kita dengar dari orangtua maupun guru-guru kita dulu semasa kita kecil?
"Belajar yang rajin ya, supaya pintar". Ini terdengar seperti nasihat yang baik. Kenyataannya, tidak.
Penelitian seorang profesor bidang psikologi di Stanford University, Carol Dweck, terhadap 400 siswa sekolah dasar di Kota New York, menunjukkan bahwa anak-anak yang dipuji lantaran kepintarannya cenderung kurang mau mengambil kesempatan dibandingkan mereka yang dipuji lantaran upaya dan kerja kerasnya.
Memuji kepintaran, kata Dweck, sama artinya dengan mengajari anak untuk menghindari risiko tampak bodoh, anak pun akan memilih soal-soal yang mudah dan takut mencoba sesuatu yang sulit agar mereka dapat tetap terlihat pintar.
Sebaliknya anak yang dipuji lantaran usahanya, akan mau mencoba soal yang lebih sulit dan percaya bahwa kerja keras, bukan kepandaian akan bisa membuat lebih baik.
Kesimpulannya, ada baiknya jika kita mengubah pola pendidikan anak baik di sekolah maupun di rumah yang selama ini cenderung berfokus pada kemampuan kognitif ketimbang non-kognitif.
Ubah anggapan salah selama ini yang lebih mementingkan agar anak pandai, dan juga persepsi kita bahwa "Kesalahan sama artinya kebodohan yang pada akhirnya menumbuh suburkan budaya budaya rasa malu membuat kesalahan."
Ajarilah anak soal pentingnya kegigihan dan memberikan pemahaman bahwa kegagalan dan kesalahan adalah bagian dari keberhasilan.
Dengan demikian, setidaknya cara anak memahami dan merespons kesalahan maupun kegagalan merupakan kunci memupuk sikap tabah dan pantang menyerah sehingga anak yakin bahwa kesulitan akan membawa mereka pada pertumbuhan.
Dan anak pun akan melihat kesulitan adalah tantangan, bukan tekanan untuk dihindari.
SUARA TOBA/SBS.
Kesimpulannya, ada baiknya jika kita mengubah pola pendidikan anak baik di sekolah maupun di rumah yang selama ini cenderung berfokus pada kemampuan kognitif ketimbang non-kognitif.
Ubah anggapan salah selama ini yang lebih mementingkan agar anak pandai, dan juga persepsi kita bahwa "Kesalahan sama artinya kebodohan yang pada akhirnya menumbuh suburkan budaya budaya rasa malu membuat kesalahan."
Ajarilah anak soal pentingnya kegigihan dan memberikan pemahaman bahwa kegagalan dan kesalahan adalah bagian dari keberhasilan.
Dengan demikian, setidaknya cara anak memahami dan merespons kesalahan maupun kegagalan merupakan kunci memupuk sikap tabah dan pantang menyerah sehingga anak yakin bahwa kesulitan akan membawa mereka pada pertumbuhan.
Dan anak pun akan melihat kesulitan adalah tantangan, bukan tekanan untuk dihindari.
SUARA TOBA/SBS.