Bangkai Ikan Di Danau Toba Mulai Tebar Bau Busuk -->

Bangkai Ikan Di Danau Toba Mulai Tebar Bau Busuk

Suriono Brandoi
Kamis, 23 Agustus 2018
Bangkai ikan yang mati mendadak mengapung di permukaan danau.
Samosir(ST)
Hari ini, Kamis, 23 Agustus 2018, hari kedua musibah puluhan ribu ikan yang mati mendadak di perairan Danau Toba tepatnya di lingkungan I Kelurahan Pintu Sona, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, bangkainya mulai menebar bau busuk dan menyengat.

Agar tidak semakin menyebar kemana-mana yang justru akan menimbulkan masalah baru terhadap kesehatan masyarakat sekitar terlebih lokasi itu dekat dengan Rumah Sakit Dr. Hadrianus Sinaga, puluhan pemilik Keramba Jala Apung (KJA) bersama pemerintah kabupaten Samosir bergotong royong membersihkan perairan danau dan keramba yang penuh bangkai ikan.

Dibantu alat berat dan kapal milik Pemkab Samosir, dari kisaran 150 ton lebih ikan yang mati, sudah 50 ton bangkai tersebut diangkut ke tepi untuk dikuburkan.

Pantauan di lapangan, petugas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir, Satpol PP dan masyarakat masih terus melakukan pembersihan bangkai-bangkai ikan tersebut.

Tampak Bupati Samosir, Rapidin Simbolon didampingi beberapa stafnya turut turun ke lokasi untuk melihat dan membantu mengangkati bangkai-bangkai ikan yang mengapung di jala keramba masyarakat dan yang berserakan di perairan Danau Toba.
Bangkai ikan-ikan yang mati saat diangkat ke tepi danau untuk dikuburkan.
Bupati Samosir, Rapidin Simbolon didampingi Kepala Dinas Pertanian, Erkanus Simbolon, mengatakan untuk mengetahui lebih lanjut penyebab matinya puluhan ribu ikan milik peternak KJA, akan dilakukan penelitian lebih lanjut.

"Kita sudah perintahkan Kabid Perikanan mengambil sampel berupa ikan yang mati, air Danau Toba yang keruh juga pakan ikan untuk dibawa uji Laboratorium ke dinas Perikanan Provsu," kata Rapidin Simbolon.

Namun dugaan sementara, lanjut Rapidin, kematian massal ikan-ikan ini diduga karena rapatnya jarak keramba yang satu dengan yang lainnya menyebabkan ikan-ikan tersebut kekurangan oksigen.

Dikatakannya, mungkin juga penyebab karena keracunan gas dari dasar danau yakni upwelling (fenomena air yang lebih dingin dan bermassa jenis lebih besar dari dasar laut bergerak ke permukaan akibat pergerakan angin di atasnya), sebagai dampak cuaca ekstrem, kemarau dan angin kencang sejak beberapa hari terakhir yang mengakibatkan limbah pakan, kotoran ikan dan sampah di dasar danau yang selama ini mengendap bermunculan ke atas.

Guna mengantisipasi kerugian petambak lainnya, lanjut Rapidin, ia menghimbau supaya segera diatur jarak antara KJA yang satu dengan KJA lain, sehingga tidak semakin menyebabkan kerugian yang cukup besar.
Pemkab Samosir menurunkan alat berat untuk mengali kuburan ikan-ikan yang mendadak mati massal di Kelurahan Pintu Sona.
"Akan kita lakukan pemindahan KJA dari lokasi ini sesuai aturan Perpres 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Danau Toba sekitarnya," tutur Rapidin Simbolon.

Sementara itu, menurut penuturan salah satu peternak, Binsar Nadeak, dua hari terakhir ini, dari 50-an lebih pemilik KJA di Kelurahan Pintu Sona, kematian mendadak ikan-ikan tersebut hanya dialami sekitar 20 pemilik KJA yang berada di satu lokasi.

Sedangkan ikan milik peternak disekitarnya sejauh ini tidak mengalami kematian mendadak tersebut.

"Sebelum mati massal, awalnya ikan-ikan itu mulai lemas dan muncul ke permukaan, tampak megap-megap. Puncaknya, Rabu (22/8/18) saat matahari terbit, puluhan ribu ikan yang siap dipanen ditaksir lebih 150 ton mati mengapung di keramba para peternak KJA," katanya.

Terkait zonasi keramba, Binsar berharap Pemkab Samosir memberikan kebijakan yang membantu petani.

Dengan harga pasaran ikan nila Rp 28 ribu perkilo dan harga ikan mas berkisar Rp 35 ribu, diperkirakan kerugian peternak ikan kurang lebih 5 miliar Rupiah.

SUARA TOBA/SBS.